Indonesia Ingin Kerja Sama Energi dengan Arab Saudi

Indonesia ingin kerja-sama dengan Arab Saudi makin kuat terutama investasi di bagian energi terbarukan dan pembangunan rumah sakit.

Pada hari awal serangkaian lawatan kerja ke Arab Saudi, Menteri Investasi/Kepala Tubuh Koordinir Penanaman (BKPM) Bahlil Lahadalia berjumpa dengan Menteri Investasi Arab Saudi Khalid A. Al-Falih di Riyadh, Arab Saudi di sore hari (11/5) waktu di tempat.

Bahlil menjelaskan, Sama sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, Indonesia benar-benar terbuka untuk investasi, terutama dalam hilirisasi industri dan ekonomi hijau yang memakai energi dan industri hijau.

“Kami mengawali dengan hilirisasi sumber daya mineral. Ini ialah kesempatan besar, dan saya ingin ada investasi bersama di antara Arab Saudi dengan Indonesia,” ungkapkan Bahlil dalam info tercatatnya, Kamis (12/5).

Bahlil menambah dalam dialog jika Indonesia semenjak 4 tahun lalu sudah mengawali hilirisasi di bidang pertambangan diawali dengan larangan export bijih nikel.

Awal tahun ini, beberapa komoditas sumber daya mineral seperti bauksit, ekstrak tembaga, dan timah akan dilarang untuk di-export. Hal itu sebagai usaha Pemerintahan Indonesia dalam menggerakkan hilirisasi sumber daya mineral.

Adapun Menteri Khalid menyongsong baik saran Menteri Bahlil dan mengatakan jika Arab Saudi sudah mempunyai jalinan yang kuat dan baik sama Indonesia, baik jalinan ekonomi atau diplomatik.

Khalid menghargai usaha Indonesia saat lakukan alih bentuk ekonomi lewat hilirisasi sumber daya alam hingga kurangi keterikatan pada komoditas mentah.

Ke-2 menteri setuju, jika kerja-sama investasi di antara ke-2 negara belum juga sesuai kekuatan yang terdapat dan bisa dipertingkat kembali.

“Arab Saudi siap untuk mempelajari kesempatan kerja-sama investasi dengan Indonesia, terutama berkaitan dengan energi terbarukan dan pembangunan rumah sakit. Hasil tatap muka ini akan kami menindaklanjuti untuk selanjutnya dituang berbentuk yang semakin lebih nyata hingga makin menggerakkan aktualisasi investasi asal Arab Saudi di Indonesia,” tutur Khalid.

Berdasar data Kementerian Investasi/BKPM, aktualisasi investasi asal Arab Saudi dalam masa 2018 sampai triwulan I 2023 capai US$ 26,lima juta, tidak termasuk investasi pada bidang keuangan dan hilir migas.

Bidang tersier memimpin dengan keseluruhan sebesar US$ 24,78 juta atau 94% dengan perolehan paling tinggi oleh bidang perumahan, teritori industri, dan perkantoran sebesar US$16,93 juta atau sekitar 64% dari keseluruhan nilai investasi Arab Saudi di Indonesia.

Propinsi Bali jadi lokasi khusus aktualisasi investasi Arab Saudi dengan perolehan senilai US$ 10,tiga juta (39%), di ikuti oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Wilayah Khusus Ibu-kota (DKI) Jakarta, dan Kalimantan Timur dalam masa 5 tahun akhir. Data 10 tahun akhir (masa 2013-triwulan I 2023) memperlihatkan jika keseluruhan investasi dari Arab Saudi senilai US$ 64,enam juta yang dari 423 project.